Sabtu, 12 Juli 2014

Brasil Korban Pragmatisme Sepakbola Eropa

Share & Comment



Sempat ada pertanyaan besar mengenai timnas Brasil. Apakah mereka sudah kehilangan jati diri mereka di dunia sepakbola?

Brasil yang kita kenal adalah tim yang memainkan sepakbola indah, penuh aksi dan trik, tapi tetap mampu memenuhi ekspektasi hasil yang diidamkan pendukungnya.

Lihat saja era Ronaldo di 2002, atau Ronaldinho di era yang sama, atau bahkan Rivaldo dengan geliatnya di lini tengah, bahkan Romario, Bebeto, Zico hingga Pele sekali pun bila merujuk jauh ke belakang.

Ada kesamaan mendasar dari mereka, yaitu gaya sepakbola indah. Eric Cantona menyebutnya Joga Bonito, pun demikian khalayak lainnya.

Permainan kaki ke kaki yang mengesankan, aksi individu yang ciamik, tendangan keras melegenda, atau bahkan hanya sekadar potongan rambut yang begitu mencuri perhatian. Itulah Brasil yang kita kenal.
Bagaimana dengan Brasil yang sekarang ini? Skuat Samba asuhan Felipe Luis Scolari yang ada saat ini tak ubahnya tim bermaterikan korban dari industri sepakbola Eropa, yang lebih mementingkan hasil ketimbang proses.

Ambillah contoh kecil. Dari skuat Brasil saat laga melawan Belanda di perebutan tempat ketiga dinihari tadi, 14 pemain yang turun ke lapangan adalah mereka yang berlaga di Eropa. Delapan di antaranya bermain di Inggris, kompetisi yang memainkan sepakbola dengan gaya konservatif. 

Bandingkan pula dengan usia pemain-pemain yang jadi andalan Scolari sepanjang Piala Dunia 2014 ini, hampir semuanya berusia muda, atau setidaknya masih dalam rentang usia produktif. 

Pemain seperti Willian, Oscar, Ramires, David Luiz adalah pemain yang masih memiliki potensi untuk terus berkembang. Tapi masukan yang mereka dapat dalam mengembangkan kemampuan mereka datang dari sistem kompetisi yang bukan berasal dari akar riwayat mereka dalam bermain sepakbola. Boleh saja mereka mengidamkan pemain seperti Pele, Ronaldo bahkan Kaka, tapi untuk bisa mengikuti gaya dan prestasi mereka dengan sistem dan skema permainan konservatif yang mereka dapatkan saat ini, sepertinya akan sulit bagi mereka untuk berhasil.

Contoh lain yang begitu kental terlihat ada pada sosok Neymar. Masih ingat bagaimana dia bermain di Santos beberapa tahun lalu? Bagaimana sejumlah aksi briliannya dalam melewati lawan begitu banyak bertebaran di Youtube? Tak sedikit pula yang kemudian membandingkan Neymar dengan sosok Ronaldinho, pemain yang sama-sama memiliki aksi freestyle yang enak dilihat.

Lalu apa jadinya ketika dia pindah ke Barcelona? Anda mungkin akan kesulitan mencari aksi Neymar melewati sejumlah pemain lawan dengan gocekan mautnya, kecepatan berlari dengan bola di kaki. Neymar yang ada di Barcelona seperti Neymar yang terkungkung dalam keterpaksaan bermain seperti bukan dirinya.

"Jika Anda ingin melihat Neymar yang dulu, Anda bisa melihatnya di timnas Brasil," begitu komentar Scolari beberapa waktu lalu sebelum Piala Dunia dimulai, menanggapi pertanyaan mengenai wajah sebenarnya permainan Neymar.

Ya, Neymar termasuk dalam korban pragmatisme sepakbola ala Eropa, yang lebih mengutamakan hasil ketimbang proses.

Tak sedikit contoh lain yang membuat Brasil begitu menderita karena situasi tersebut. Dan imbasnya adalah bagaimana performa skuat Samba di kandang sendiri. Tak bisa dikatakan permainan tim besutan Scolari masuk kategori mengesankan. 

Sejak laga pertama melawan Kroasia, media Brasil sudah mengkritik keras cara bermain mereka. Tak tampak permainan indah atau jogo bonito yang menjadi ciri khas mereka. Penonton hanya disuguhi gol demi gol, tapi tanpa kesan mendalam. Hasil lebih diutamakan, bukan prosesnya.

Tak salah jika kemudian Brasil harus keok melawan tim asal Eropa yang sudah begitu mendarah daging dengan gaya sepakbola pragmatis mereka. Ditambah efisiensi, disiplin tinggi dan kerjasama tim yang lebih solid, faktor yang tak dimiliki Brasil di Piala Dunia kali ini, tak heran bila Belanda dan Jerman begitu leluasa menjebol gawang mereka nyaris dengan selusin gol.

Harus diakui, dunia merindukan Brasil yang dulu, Brasil yang begitu melegenda karena permainan indah mereka, Brasil yang begitu memesona karena aksi individu pemainnya. Brasil yang sekarang bisa jadi sudah melupakan jati diri mereka.

Ya, kami merindukan Brasil yang dulu!


Sumber : goal.com
Tags: ,

Artikel Di Tulis Oleh

Blog HL8 Sports memuat berita terkini seputar informasi olahraga terbaru dan terupdate langsung untuk Anda. Jangan sampai ketinggalan yaahh ^.^

0 komentar:

Posting Komentar

 

HL8 Sports

HL8 Partners

Mau Yang Lebih Menarik?

hl8
Hak Cipta © HL8 Sports | Desain Oleh Templateism.com